SELALU CERIA..................
SHOLEH,JUJUR,CERDAS,KREATIF DAN BERAKHLAK ISLAMI

PROFIL

Senin, 16 Juli 2012

Serah Terima Peserta Didik Tahun Pelajaran 2011/12

.Acara serah terima Peserta didik Tahun Pelajaran 2011/2012 berlangsung dengan meriah. Acara disi dengan sambutan Kepala sekolah, Ucapan perpisahan dari kelas V dan sebagainya. Banyak prestasi yang telah diraih oleh anak anak klas VI salah satunya dengan nilai rata rata terbaik di kecamatan Karanganyar dengan nilai rata rata 26,4.
.Nak ....Junjunglah selalu kejujuran dalam setiap langkah kalian menuju cita-cita kalian. Dengan menegakkan kejujuran, kalian sudah berperan dalam memajukan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Selamat untuk keberhasilan kalian, semoga kalian bisa meneruskan perjalanan hidup kalian dengan tetap mengutamakan keutamaan-keutamaan hidup sehingga hidup kalian pun akan lebih bermakna danberguna bagi sesama.

Selasa, 03 Juli 2012

“Perlu, Pembentukan Karakter Guru dengan Paradigma Islam”

Hidayatullah.com--Saat ini, para guru harus belajar lagi memahami konsep ilmu secara benar. Sebab, jika salah sedikit saja, akan berakibat fatal terhadap pendidikan. Karena itu, perlu dibuat penyamaan paradigma ilmu terhadap guru. Wawasan paradigma Islam ini untuk membentuk karakter guru beradab. Demikian ditegaskan Adnin Armas, M.A, Direktur Eksekutif INSISTS pada acara Training of Trainer (ToT) Guru Madrasah Ibtida’iyah Terpadu al-Raihan Lawang di Singosari Lawang pada Senin kemarin (02/07/2012). “Dalam mengajar harus hati-hati. Seorang guru memiliki tanggung jawab ilmu yang besar”. ”Ilmu yang ada sekarang ini bermasalah karena kemasukan Barat misalnya asumsi, metodenya dan paradigmanya”, tegasnya. Menurut Andnin, yang pertama-tama itu membuka wawasan para guru tentang perlunya mengoreksi ilmu. Hal itu dapat dimulai dengan pelatihan worldview Islam. Menurut Adnin, dalam pendidikan Islam terpadu ada empat hal yang harus dipahami. Pertama, konsep Islam. Kedua konsep ilmu dan pendidikan. Ketiga, mengetahui respon sarjana-sarjana Muslim terhadap tantangan ilmu. Keempat, mengambil pelajar sejarah gemilangnya cendekiawan Muslim terdahulu. ”Dan yang juga penting sekarang, mengoreksi buku teks pelajaran,” tandas kandidat doktor ISTAC Malaysia ini. Adnin juga menjelaskan, para guru harus sepakat tentang apa itu Islam. Sebab sekarang banyak orang yang belajar agama tapi mengacaukan Islam menjadi beragama tipologi. Islamisasi ilmu pasti gagal jika tidak paham konsep Islam. ”Praktik pendidikan Islam itu harus berpijak kepada kosep wahyu. Harusnya saintis-saintis itu makin belajar makin dekat dengan Allah. Kenapa sekarang tidak? Karena sains tidak berdasar wahyu dan tidak dipelajari untuk mendekatkan diri kepada Allah,” tambahnya. Oleh sebab itu, tambah Adnin, sekolah Islam harusnya mengutamakan bahasa Arab, bukan bahasa asing lainnya. Yang menarik, pada pelatihan yang diadakan di Hotel Solaris Singosari Malang itu, Adnin Armas memberikan materi-materi ’berat’ untuk para guru madrasah. Materi-materi seperti kesalahan filsafat dan epistemologi Barat, Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer dan konsep-konsep kunci pandangan-alam Islam diajarkan. Konsep-konsep Islam, konsep Tuhan, konsep ilmu, konsep manusia, konsep wahyu dan kekeliruan hermenetika dibedah Adnin dengan analisis worldview Islam. Banyak orang belajar Islam, akan tetapi jadi sarjana yang menentang Allah. Ini salah ilmunya. Saat ini memang, jelas Adnin, ilmu dijadikan sebagai alat untuk mengajak umat Islam jauh dari agama. Ada upaya merusak Islam dengan pengeliruan konsep ilmu. Oleh sebab itu, pandangan-alam Islam merupakan landasan memahami konsep-konsep Islam. Pandangan alam Islam itu merupakan satu kesatuan konsep. Dalam mengislamkan ilmu, ada tiga proses yang harus dilakukan. Yaitu, penolakan terhadap ilmu sekular. Konsep-konsep ilmu yang sekular harus dibersihkan. Ada pula teori Barat yang bisa kita terima. ”Tidak semuanya kita tolak”, tambahnya. Oleh sebab itu langkah ketiga itu yang penting, yaitu modifikasi atau adaptasi. Adnin mengaku bahwa materi-materi tersebut merupakan mata kuliah untuk pasca sarjana. Tapi baginya ini perlu bagi guru madrasah untuk membuka pemikiran tentang tantangan ilmu saat ini. Meski berat, tambahnya, mau tidak mau kita harus mengetahuinya. Inilah tantanganannya. ”Bicara pendidikan. Ya harus bicara ilmu beserta tantangannya. Sebab, ilmu itu ada yang benar ada yang tidak benar. Karena ilmu yang tidak benar inilah kita sedang menghadapi problem pendidikan yang serius,” ujarnya.*/Kholili