SELALU CERIA..................
SHOLEH,JUJUR,CERDAS,KREATIF DAN BERAKHLAK ISLAMI

PROFIL

Kamis, 04 Oktober 2012

Jejak Perjalanan Sains dalam Dunia Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Transformasi peradaban menyentuh bangsa Arab. Para sejarawan mencatat terjadinya perubahan besar berupa pencapain luar biasa di bidang sains dan teknologi. Pada awalnya, tak banyak yang bersentuhan dengan ilmu pengetahuan. Kedatangan Islam mengantarkan mereka pada beragam literatur.Istilah ilmu atau ilmu yang terdapat dalam kitab suci dan hadis, mendorong geliat tradisi keilmuan. Mereka menyerap ilmu pengetahuan dari beragam sumber. Pedagang dan penjelajah Muslim berperan besar dalam memajukan gairah perubahan di kalangan masyarakat Arab Muslim pada masa awal. Mereka berasal dari Makkah, Madinah, dan Yaman. Setelah mengadakan perjalanan melintasi gurun pasir, mereka mencapai Mesir, Mesopotamia, dan Suriah yang dikenal sebagai pusat peradaban kuno. Dari wilayah-wilayah itu, berbagai pemikiran ilmiah maupun teknik instrumen lawas dibawa dan diperkenalkan ke jazirah Arab. Di saat yang bersamaan, muncul kelompok baru di masyarakat Muslim, yakni kalangan terpelajar yang terdiri dari ulama, filsuf, dan cendekiawan. Para tokoh ini sangat tertarik dengan keunggulan peradaban kuno. Mereka menjelma sebagai pendorong utama percepatan kemajuan ilmu di dunia Islam. Hanya dalam waktu singkat, terjadi perkembangan pesat di bidang politik, sosial, budaya, dan pemikiran. Muhammad Abdul Jabar Beg, peneliti tamu di Cambridge Universtity, Inggris, dalam tulisannya The Origins of Islamic Science menyatakan, Muslim tak hanya mengubah cara pikir, tetapi juga pandangan dunia. Menurut dia, sikap ini mendorong mereka mengkaji dan mempelajari warisan peradaban kuno yang mereka temukan. Kegiatan itu terus berlangsung hingga masa kekhalifahan pada abad ke-8 Masehi. Para penguasa memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan bidang ilmu. Buku berjudul Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern karya sejarawan Ehsan Masood mengungkapkan, salah satu ciri periode pembangunan Islam yakni menyerap keunggulan peradaban lain, memodifikasi, dan melakukan inovasi. Islam kemudian melahirkan sejumlah ilmuwan terkemuka di bidang sains dan teknologi. Kota-kota pusat ilmu, bermunculan di seantero dunia Islam, mulai dari Damaskus, Basra, Kordoba hingga Kairo. Kegiatan intelektual mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang ditandai gencarnya gerakan penerjemahan literatur ilmiah asing. Beberapa cendekiawan Muslim klasik secara khusus mencatat fenomena perubahan yang terjadi pada masyarakat Arab, terutama kecenderungan akan pen carian ilmu. Mereka itu antara lain Ibnu Qutaibah, AlKhawarizmi, serta Ibnu Al-Qifti. Karya Ibnu Qutaibah berjudul AlMa’arif mengulas hal tersebut dalam perspektif sejarah. Pada buku ensiklopedia ilmu ini, Ibnu Qutaibah menyingkap beragam pemikiran kuno, termasuk legenda, mitos, dan kepercayaan yang diketahui komunitas Muslim pada masa awal. Terdapat pula kajian terkait ilmu pengetahuan, misalnya, teori penciptaan, astronomi, maupun ilmu bumi. Deskripsi dari Ibnu Qutaibah menjadi rujukan ilmiah para sarjana Muslim berikutnya, bahkan memengaruhi perkembangan sains di dunia Barat. Sedangkan, buku Mafatih AlUlum (Kunci Ilmu), yang disusun AlKhawarizmi, dipandang sebagai karya umat Islam pertama yang meneliti asal mula sains Islam. Gagasan itu lantas diperluas AlQifti lewat karyanya, Tarikh AlHukama. Ia menuliskan secara perinci sebanyak 144 biografi filsuf dan cendekiawan kondang pada masa Yunani kuno hingga masa kekhalifahan. Menurut dia, proses transfer ilmu pada masa awal Islam berlangsung lebih pesat di kawasan Semenanjung Arab. Wilayah itu berdekatan dengan pusat-pusat peradaban kuno. Pengetahuan kuno dalam bidang seni, teknologi, dan pemikiran, disam paikan oleh para hukama (tetua) melalui cerita, dongeng, dan mitos, dari generasi ke generasi. Informasi ihwal pengetahuan dan teknologi itu juga berasal dari para pengembara dan pedagang Islam. Bangsa Arab menye but sains kuno itu dengan Ulum Al Awa’il, yang segera disesuaikan dengan tradisi setempat dan mulai digunakan secara luas. Misalnya, roda dan kapal layar yang dite mukan peradaban Mesopotamia. Begitu pula standar timbangan dari bangsa Sumeria. Sistem angka Arab berasal dari peradaban India kuno. Proses peralihan Al Qifti mencatat, hingga akhir abad ke-7 Masehi, orang-orang Arab melakukan proses peralihan pengetahuan masih secara lisan, belum dengan tulisan ilmiah. Keingintahuan yang besar dan semangat keilmuan yang membuncah mampu meningkatkan intensitas interaksi antara umat Islam dan sains teknologi kuno. Penyebaran agama Islam yang kian luas semakin menambah jumlah orang dari berbagai wilayah untuk memeluk agama ini. Hal itu akan memperbanyak khazanah pengetahuan asing yang dapat diserap. Umat Islam menjadi begitu dekat dengan tradisi, sejarah, dan sains peradaban kuno. “Sebagai contoh, Khalifah Khalid bin Yazid mengawali studi kimia yang diperolehnya dari literatur kuno,” urai Muhammad Abdul Jabar Beg. Catatan sejarah mengungkapkan, sang khalifah merupakan salah satu pakar kimia pertama di dunia Islam. Ia memiliki peran besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Khalifah Khalid bin Yazid mendorong para ilmuwan dari Damaskus, Suriah dan Kairo, serta Mesir untuk menerjemahkan buku-buku bidang kimia, kedokteran, dan astronomi dari literatur Yunani kuno dan Koptik ke dalam bahasa Arab. Selanjutnya, kaum cendekia Muslim mengembangkan pemikiran dan inovasinya sendiri.

Selasa, 07 Agustus 2012

SD IT Logaritma Gelar Tarhib Ramadhan 1433 H

Sebagai wujud kegembiraan menyambut Bulan Suci Ramadhan 1433 H SD IT Logaritma Karanganyar - Kebumen kali ini dalam menyambut datangnya bulan suci yang penuh berkah, maghfirah dan ampunan dengan mengadaikan pawai berjalan kaki yang diikuti oleh seluruh siswa/siswai SD IT Logaritma. “Pawai ini sebagai bentuk kegembiraan kita akan datangnya bulan suci ramadhan sekaligus mengajak umat Islam di Karanganyar – Kebumen untuk mempersiapkan diri memasuki bulan yang penuh berkah ini.” Kata Kepala Sekolah SD IT Logaritma.

Senin, 16 Juli 2012

Serah Terima Peserta Didik Tahun Pelajaran 2011/12

.Acara serah terima Peserta didik Tahun Pelajaran 2011/2012 berlangsung dengan meriah. Acara disi dengan sambutan Kepala sekolah, Ucapan perpisahan dari kelas V dan sebagainya. Banyak prestasi yang telah diraih oleh anak anak klas VI salah satunya dengan nilai rata rata terbaik di kecamatan Karanganyar dengan nilai rata rata 26,4.
.Nak ....Junjunglah selalu kejujuran dalam setiap langkah kalian menuju cita-cita kalian. Dengan menegakkan kejujuran, kalian sudah berperan dalam memajukan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Selamat untuk keberhasilan kalian, semoga kalian bisa meneruskan perjalanan hidup kalian dengan tetap mengutamakan keutamaan-keutamaan hidup sehingga hidup kalian pun akan lebih bermakna danberguna bagi sesama.

Selasa, 03 Juli 2012

“Perlu, Pembentukan Karakter Guru dengan Paradigma Islam”

Hidayatullah.com--Saat ini, para guru harus belajar lagi memahami konsep ilmu secara benar. Sebab, jika salah sedikit saja, akan berakibat fatal terhadap pendidikan. Karena itu, perlu dibuat penyamaan paradigma ilmu terhadap guru. Wawasan paradigma Islam ini untuk membentuk karakter guru beradab. Demikian ditegaskan Adnin Armas, M.A, Direktur Eksekutif INSISTS pada acara Training of Trainer (ToT) Guru Madrasah Ibtida’iyah Terpadu al-Raihan Lawang di Singosari Lawang pada Senin kemarin (02/07/2012). “Dalam mengajar harus hati-hati. Seorang guru memiliki tanggung jawab ilmu yang besar”. ”Ilmu yang ada sekarang ini bermasalah karena kemasukan Barat misalnya asumsi, metodenya dan paradigmanya”, tegasnya. Menurut Andnin, yang pertama-tama itu membuka wawasan para guru tentang perlunya mengoreksi ilmu. Hal itu dapat dimulai dengan pelatihan worldview Islam. Menurut Adnin, dalam pendidikan Islam terpadu ada empat hal yang harus dipahami. Pertama, konsep Islam. Kedua konsep ilmu dan pendidikan. Ketiga, mengetahui respon sarjana-sarjana Muslim terhadap tantangan ilmu. Keempat, mengambil pelajar sejarah gemilangnya cendekiawan Muslim terdahulu. ”Dan yang juga penting sekarang, mengoreksi buku teks pelajaran,” tandas kandidat doktor ISTAC Malaysia ini. Adnin juga menjelaskan, para guru harus sepakat tentang apa itu Islam. Sebab sekarang banyak orang yang belajar agama tapi mengacaukan Islam menjadi beragama tipologi. Islamisasi ilmu pasti gagal jika tidak paham konsep Islam. ”Praktik pendidikan Islam itu harus berpijak kepada kosep wahyu. Harusnya saintis-saintis itu makin belajar makin dekat dengan Allah. Kenapa sekarang tidak? Karena sains tidak berdasar wahyu dan tidak dipelajari untuk mendekatkan diri kepada Allah,” tambahnya. Oleh sebab itu, tambah Adnin, sekolah Islam harusnya mengutamakan bahasa Arab, bukan bahasa asing lainnya. Yang menarik, pada pelatihan yang diadakan di Hotel Solaris Singosari Malang itu, Adnin Armas memberikan materi-materi ’berat’ untuk para guru madrasah. Materi-materi seperti kesalahan filsafat dan epistemologi Barat, Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer dan konsep-konsep kunci pandangan-alam Islam diajarkan. Konsep-konsep Islam, konsep Tuhan, konsep ilmu, konsep manusia, konsep wahyu dan kekeliruan hermenetika dibedah Adnin dengan analisis worldview Islam. Banyak orang belajar Islam, akan tetapi jadi sarjana yang menentang Allah. Ini salah ilmunya. Saat ini memang, jelas Adnin, ilmu dijadikan sebagai alat untuk mengajak umat Islam jauh dari agama. Ada upaya merusak Islam dengan pengeliruan konsep ilmu. Oleh sebab itu, pandangan-alam Islam merupakan landasan memahami konsep-konsep Islam. Pandangan alam Islam itu merupakan satu kesatuan konsep. Dalam mengislamkan ilmu, ada tiga proses yang harus dilakukan. Yaitu, penolakan terhadap ilmu sekular. Konsep-konsep ilmu yang sekular harus dibersihkan. Ada pula teori Barat yang bisa kita terima. ”Tidak semuanya kita tolak”, tambahnya. Oleh sebab itu langkah ketiga itu yang penting, yaitu modifikasi atau adaptasi. Adnin mengaku bahwa materi-materi tersebut merupakan mata kuliah untuk pasca sarjana. Tapi baginya ini perlu bagi guru madrasah untuk membuka pemikiran tentang tantangan ilmu saat ini. Meski berat, tambahnya, mau tidak mau kita harus mengetahuinya. Inilah tantanganannya. ”Bicara pendidikan. Ya harus bicara ilmu beserta tantangannya. Sebab, ilmu itu ada yang benar ada yang tidak benar. Karena ilmu yang tidak benar inilah kita sedang menghadapi problem pendidikan yang serius,” ujarnya.*/Kholili

Rabu, 06 Juni 2012

Pentingnya Pengembangan Kecerdasan Integratif

Alasan tentang pentingnya pengembangan kecerdasan integratif, yaitu kecerdasan emosi, intelektual dan spiritual. Pertama, pendidikan modern kita selama ini hasilnya sangat menekankan dan mengunggulkan kualitas intelektual atau kepandaian yang dilambangkan dengan IQ. Pendidikan hanya mengedepankan kecerdasan otak dengan sejumlah materi pelajaran yang harus dikuasai dan dipahami oleh peserta didik, dan profil hasil belajarnya hanya diukur dari nilai-nilai akademik. Dengan demikian, anak dinyatakan hebat dan berhasil apabila mereka mendapatkan nilai rata-rata 9 atau memiliki nilai danem yang tinggi. Hal tersebut kenyataannya kurang berhasil atau malahan telah gagal dalam membentuk dan mengembangkan seseorang menjadi manusia-manusia yang bermartabat dan bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan justru sebaliknya. Syafi`i Ma`arif menulis bahwa di Barat, karena pendidikan hanya bertahtakan otak manusia, kurang menghiraukan keadilan dan nilai-nilai ilahiyah. Sehingga hasilnya adalah sebuah generasi yang Split of personality, di mana tidak terjadi integrasi antara otak dan hati.5 Di Amerika banyak sekali dijumpai pelajar yang pandai dan intelektualitasnya tinggi, akan tetapi sering dan mudah putus asa dan bertindak brutal. Demikian pula di Indonesia banyak dijumpai para pelajar yang sering tawuran dan bertindak kriminal padahal mereka banyak yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi. Kedua, berdasarkan pandangan-pandangan dan teori-teori pendidikan mutakhir selalu menyerukan dan menyarankan agar pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan kecerdasan intelektual atau IQ saja, tetapi juga EQ (kecerdasan emosi) dan SQ (kecerdasan spiritual). Sudah bukan zamannya lagi pendidikan hanya mengagung-agungkan dan memuja-muja kecerdasan intelektual sementara pengembangan kecerdasan-kecerdasan yang lain diabaikan. Daniel Goleman, seorang Psikolog Harvard University pada pertengahan tahun 1990-an menulis sebuah hasil penelitian yang menarik. Ia menyatakan bahwa tingkat kecerdasan intelegensi yang tinggi tidak menjamin gengsi, kesejahteraan, kebahagiaan dan kesuksesan hidup.6 Ada kecerdasan lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu kecerdasan emosional. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan seseorang dalam kehidupan hanya kira-kira 20 % ditentukan oleh kecerdasan intelegensia/IQ, sedangkan 80 % ditentukan oleh faktor-faktor lain.7 Penemuan baru tentang kecerdasan emosional akan terus berkembang pada abad 21, dan akan berimplikasi besar bagi tiap segi kehidupan terutama pada pendidikan. Ketiga, telah menjadi tugas dunia pendidikan di mana pendidikan harus berpusat pada pengembangan pribadi dan intelektual, karena hal tersebut merupakan salah satu hak asasi manusia. Dalam Konvensi Hak Internasional Ekonomi, Sosial, dan Budaya, pasal 13, ayat 1 dinyatakan bahwa negara-negara peserta konvensi ini mengakui hak-hak setiap orang atas pendidikan. Di antaranya adalah pendidikan harus diarahkan pada perkembangan seutuhnya dari kepribadian manusia dan kesadaran akan harga dirinya dan memperkuat rasa hormat terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan dasar. Pendidikan harus memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi secara efektif dalam suatu masyarakat yang bebas, meningkatkan rasa pengertian, toleransi serta persahabatan antar semua bangsa, ras dan agama.